Selasa, 07 Oktober 2008

PENGABDIAN ALA MOCHTAR RIADY

Lippo Karawaci, Tangerang, Banten menjadi saksi diresmikannya sebuah lembaga riset kanker swasta yang pertama di Indonesia bernama Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN). Setelah sebelumnya mendirikan Rumah Sakit dan Sekolah Pelita Harapan, apa yang dilakukan Dr. Mochtar Riady ini sempat menjadi pembicaraan banyak orang, seperti kita ketahui Founder of Lippo Group ini sudah memiliki begitu banyak cabang bisnis baik dibidang jasa keuangan, properti, pembangunan infrastruktur maupun bidang industri. Namun setelah 50 tahun menjadi bankir, arah bisnisnya akhir-akhir ini terkesan berubah, ia membidik kesehatan dan pendidikan.

“Pada usia senja ini, saya ingin berbuat sesuatu yang dapat dikenang oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Kesehatan dan Pendidikan menjadi prioritas karena saya rasa inilah yang akan menjadi kunci bangsa Indonesia menghadapi persaingan global masa depan,” ujarnya saat tampil sebagai pembicara pada acara 4th Leadership Mentoring Sessions The Ary Suta Center (ASC) hari Kamis (7/8) yang lalu.

Mantan ketua Bapepam, I Putu Gede Ary Suta yang langsung menjadi moderatornya mengatakan, ASC ingin membangun kompetensi dan ikut membangun pemimpin-pemimpin yang mempunyai wawasan yang luas. Mentoring ini diarahkan untuk kecerdasan. Tiga hal yang mendasari kecerdasan manusia adalah technical skill, cognitive ability dan emotional intelligent. ASC akan mengambil inisiatif apa saja untuk perbaikan dunia, termasuk menyelenggarakan Leadership Mentoring Sessions ini. Selain mengundang Mochtar Riady sebagai Power Mentoring, kegiatan rutin ini juga pernah menghadirkan Sutiyoso, Wiranto dan Sri Sultan Hamengku Buwono.

Pentingnyan kecerdasan ini pula yang kemudian ingin disampaikan Mochtar Riady ditengah para peserta yang berasal dari berbagai unsur masyarakat. Indonesia memiliki segalanya yang diinginkan oleh dunia, tetapi negara ini kurang ide sehingga sulit untuk maju dibanding negara lainnya. Bagaimanapun juga menjual otak lebih tinggi nilainya dibandingkan menjual otot. Inggris yang menjadi penguasa dunia di abad ke 19 harus rela membaginya saat Amerika menemukan electricity. Kemudian timbul revolusi saat micro electronic menjadikan abad 20 era digital yang menumbangkan komputer. Amerika menemukan bahan baku bernama silicon yang dapat membuat semua menjadi kecil.

Mochtar Riady menceritakan saat itu ia berkunjung ke Jepang dan melihat komputer sebesar meja dengan harga US$ 1,2 juta dan sekarang apa yang ia lihat dulu telah berubah menjadi Pocket Calculator dengan harga US$ 1 saja. Semua itu karena Silicon Chip yang membuat Amerika begitu berkuasa. Ditengah para audience ia mampu memaparkan Nano Technology yang sedang dikembangkannya sebagai salah satu pengobatan penyakit, selain berguna di bidang komputer, tehnology ini berguna juga bagi dunia kedokteran. Mochtar Riady bahkan berani memprediksi kalau persoalan BBM dapat diatasi dalam 5 tahun kedepan, pasalnya semua elemen dari BBM tersebut adalah carbon dengan rantai carbon-carbon yang berbeda. Technology akan memecahkannya.

Keyakinannya itu membuatnya rela berinvestasi senilai US$ 100 juta dan mengeluarkan biaya operasional sekitar US$ 4 juta per tahunnya. Sementara ini MRIN memfokuskan diri pada Molecular Epidemiology, Proteomic, Single Nucleotide Polymorphisms (SNP), Immunology, dan Genomic. “Kanker hati menjadi pilihan penelitian utama kami karena penyakit ini paling sering ditemui didunia dan menyebabkan kematian ratusan ribu orang setiap tahunnya, diharapkan ada penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi pasien kanker di Indonesia” tandas Mochtar Riady.

Pria yang lahir pada 12 Mei 1929 di Malang, Jawa Timur ini tidak hanya membahas soal kesehatan, ia juga membahas berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat. Termasuk bercerita tentang dirinya bagaimana ia membangun Bank Buana menjadi besar pada tahun 1966, kemudian pindah ke Bank Panin pada tahun 1971 dan dalam lima tahun menjadikan bank tersebut menjadi lebih besar dari Bank Buana. Lalu meninggalkannya untuk bergabung dengan BCA yang saat itu hanya memiliki satu kantor, 27 orang karyawan, dan dalam status diskors. Ia bangun kembali BCA dari nol hingga lebih besar dari Bank Panin. Bersamaan dengan kesuksesan itu ia pun membangun Lippo Bank yang merupakan cikal bakal Grup Lippo.

Grup Lippo berkembang hingga memiliki lebih dari 50 anak perusahaan dan karyawan lebih dari 50 ribu orang. Bisnisnya terus meluas di Indonesia bahkan sampai ke Hongkong, Guang Zhou, Fujian dan Shanghai. Semua ini tidak dapat dipungkiri berkat tangan dingin dari seorang Mochtar Riady yang juga mendapat julukan The Magic Man of Bank Marketing dari kalangan perbankan nasional.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Di tiga kota yang telah dibangun, yaitu Lippo Cikarang, Bekasi di timur Jakarta, Bukit Sentul, Bogor di selatan Jakarta, dan Lippo Karawaci, Tangerang di barat Jakarta, Mochtar Riady selalu membangun terlebih dahulu Sekolah, Rumah Sakit, Shopping Mall, fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya baru dijual. “Berbeda dengan pengembang lainnya yang membangun dulu jalan seadanya, penerangan dan fasilitas lain seadanya, baru setelah terjual mereka membangun itu semua. Kita tidak, kita ciptakan dulu persyaratan kehidupan manusia baru dijual. Commit maintanance terhadap kebersihan adalah prioritas utama kami. Sekarang pengembang lain sudah terprovokasi dan melakukan hal yang sama,” katanya.

Provokasi ini pun pernah ia lakukan saat menjadi trigger di dunia perbankan, ia adalah bankir pertama yang memakai komputer. Bankir pertama yang menciptakan tabungan tahapan dan Bankir pertama yang mencontoh seperti Citibank. Faktor-faktor ini yang kemudian memaksa Bank-bank lain menyesuaikan diri dengan melakukan upgrade.

Kini dengan mendirikan Universitas Pelita Harapan, ia ingin memprovokasi universitas lainnya untuk menjadi World Class University baik dari kurikulum, metodhe, fasilitas sampai akademik, “Saya akan memulainya dengan satu bidang saja, yaitu sekolah kedokteran, bekerjasama dengan singapura dan setiap tahun akan merubah kelas serta menjadi pusat sekolah kedokteran di Indonesia. ini sangat bermanfaat, setiap tahun satu juta pasien berobat ke luar negeri, empat ratus ribu diantaranya berobat ke Singapura, dan menghabiskan satu milyard US$. Kita kekurangan dokter spesialis atau dokter yang baik, dokter baru yang dihasilkan masih terlalu sedikit” ujarnya.

Mochtar Riady juga mengatakan bahwa ia telah meminta James untuk membenahi kampus Universitas Indonesia (UI), karena bagaimanapun juga UI adalah tulang punggung bangsa Indonesia. UI dan pemerintah adalah faktor yang paling utama.

Apa yang dilakukan Mochtar Riady dan anaknya James T. Riady saat itu mengundang perhatian media massa, mereka berani membangun Rumah Sakit kelas atas di Lippo Karawaci dan menggandeng Gleneagles Hospital yang berbasis di Singapura. Kemudian mereka mendirikan Sekolah Pelita Harapan yang mendapat sorotan karena biayanya menggunakan US$ dan dinilai mahal dengan mendatangkan guru-guru dari Amerika. Tapi keduanya beranggapan bahwa itu semua untuk memberikan fasilitas yang terbaik.

Menurut Mochtar Riady, Universitas Pelita Harapan memberikan 20% kuota bea siswa kepada mereka yang tidak mampu dengan menanggung semua biaya pendidikan melalui Yayasan Pelita Harapan, “mekanismenya yayasan yang menanggung biaya ke universitas sehingga tidak mengganggu operasional dan secara pembukuan tetap berjalan sebagaimana mestinya,” terangnya sambil mempersilahkan James yang juga hadir pada acara tersebut menjelaskan program 1000 desa berkualitas, membuka puluhan ribu lapangan kerja dan memberikan support terhadap anak-anak bangsa yang berkualitas untuk mencapai cita-citanya.

Mochtar Riady berpesan bahwa manusia bisa berkembang bila mempunyai keyakinan diri. Ia juga memberikan tipsnya bahwa pengusaha itu ada tiga golongan dalam kemampuannya menjual yaitu: Third Class (penjual ada barang, pembeli butuh barang), Second Class (penjual tidak punya barang, pembeli butuh barang) dan First Class (penjual tidak punya barang, pembeli tidak butuh barang).

Mengakhiri acara tersebut, Ary Suta mengatakan bahwa Mochtar Riady memiliki visi yang jauh ke depan, pengetahuannya yang luas tidak membuatnya sombong, ia bahkan cenderung rendah hati dengan mengatakan dia tahu bahwa dia tidak tahu. Paparan Mochtar Riady mengkonfirmasi terhadap kepemimpinan dimana pemimpin harus dapat membangun setting managerialnya, bukan mengikuti setting orang lain. Konteks kepemimpinan harus berani merubah konsep, mengedepankan kejujuran, rendah hati dan memiliki empathy. Sesuai dengan misi The Ary Suta Center yang selalu mencetak value untuk orang lain, rencananya pada bulan September mendatang akan hadir sebagai Power Mentoring Ketua DPR Agung Laksono. *** (Wira).


sumber: kabarbanten@yahoo.co.id